CINTA DALAM SECANGKIR KOPI
Kemarin ,,
dengan gontai aku
berusaha berlari. Mengejar
harap. Menemui asa. Tanpa
prasangka, aku harap kamu ada.
Rasanya bergemuruh tak lepas
dari dada.
harap. Menemui asa. Tanpa
prasangka, aku harap kamu ada.
Rasanya bergemuruh tak lepas
dari dada.
Ya, aku akan bertemu
denganmu. Kita akan bertemu.
Dalam gundah, dan tubuh lelah
aku masih mengiba. Agar Tuhan
ijinkan kita bertatap muka.
Walau sekali saja.
Mungkin aku terlalu takut.
denganmu. Kita akan bertemu.
Dalam gundah, dan tubuh lelah
aku masih mengiba. Agar Tuhan
ijinkan kita bertatap muka.
Walau sekali saja.
Mungkin aku terlalu takut.
Takut kehilangan orang yang bahkan
sama sekali belum pernah
kumiliki.
sama sekali belum pernah
kumiliki.
Dalam pagi hingga
malam,
malam,
kau hadir memenuhi
inspirasi.
Aku buta tentang cinta. Yang
aku tau,
inspirasi.
Aku buta tentang cinta. Yang
aku tau,
aku mengingatmu
dalam secangkir kopi yang
terhidang setiap petang menuju
malam.
dalam secangkir kopi yang
terhidang setiap petang menuju
malam.
Ketika jemariku menari
menuliskan namamu.
menuliskan namamu.
Ahh..,
menyebutnya saja aku malu.
Lalu otakku mencair.
menyebutnya saja aku malu.
Lalu otakku mencair.
Namun terasa indah saat ku selami
intuisi.
intuisi.
Ya, engkau ada di
secangkir kopi, melalui jemari,
dan melewati batas imajinasi.
secangkir kopi, melalui jemari,
dan melewati batas imajinasi.
Maka dengan penuh rindu,
kusampaikan salam cinta
untukmu..
Penganut sarkasme baik hati,
Pemikir sejati yang sibuk
mencari jatidiri,
Pengkritik hebat kelas kakap,
Dan pemberi inspirasi tiada
henti…
Kau yang tak pernah sempat
kumiliki,
Aku mengenangmu dalam sunyi,
ditemani secangkir kopi,
dan terhempas bias-bias mimpi…
Biar saja indahnya hanya aku
dan Tuhan yang tau..
Karena aku hanya ingin
mengenangmu..
Lewat puisi dan kisah syahdu.
Layaknya kopi yang hadirkan
candu…
Untukku.
kusampaikan salam cinta
untukmu..
Penganut sarkasme baik hati,
Pemikir sejati yang sibuk
mencari jatidiri,
Pengkritik hebat kelas kakap,
Dan pemberi inspirasi tiada
henti…
Kau yang tak pernah sempat
kumiliki,
Aku mengenangmu dalam sunyi,
ditemani secangkir kopi,
dan terhempas bias-bias mimpi…
Biar saja indahnya hanya aku
dan Tuhan yang tau..
Karena aku hanya ingin
mengenangmu..
Lewat puisi dan kisah syahdu.
Layaknya kopi yang hadirkan
candu…
Untukku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar