Minggu, 08 Februari 2015

hidup adalah

  Bagiku hidup adalah duduk di bangku bioskop yang gelap, menontoni orang'orang bergulung dengan ombak zaman ,, Bagiku, dunia senantiasa tempat yang aman serta full hiburan, selalu ada tingkah orang yang bisa ku tertawakan dalam hati, selalu ada sesuatu yang bisa aku komentari, menyaksikan beraneka ragam tingkah laku manusia disekitar ku, membuat ku memilih untuk menjadi penonton, cukup menonton, dan betapa aku nyaman di kursi gelap ku ,, 
  Akan tetapi kursi itu berguncang hebat pada akhirnya, ternyata hidup tidak membiarkan satu orang pun lolos untuk cuma jadi penonton, semua harus mencicipi ombak ,,
  Masa keemasan ku jadi penonton di tutup saat Ayah meninggal, aku memasuki era baru yang serba asing, tak pasti, dunia tak lagi aman bagiku ,,
  Kadang aku merasa sedih bahkan menangis, ketika mengingat Ayah, karena menurut ku Ayah lebih beruntung ketimbang aku yang ditinggalkan, karena itu aku menangis ,,
  Kematian menurut ku ibarat tiket terusan bioskop kehidupan, bayangkan betapa menyenangkannya itu, menontoni drama miliaran manusia tanpa harus terlibat konflik apa pun ,,
  Lalu, Ayah juga akan bertemu Ibu, karena itu juga aku menangis, aku iri, bagi orang yang hanya mampu mengingat wajah Ibunya samar'samar, bercampur dengan hidung, mata dan rambut orang lain, tersimpan rasa kangen yang besar dalam hati ,,
  Kini kehidupan telah menyiapkan drama yang besar untukku, drama yang skenario nya telah diatur sedemikian rupa dan tak ada script untuk pemainnya ,,
  Tapi apa pun yang terjadi, dan seperti apa pun drama yang akan aku dapatkan, aku harus bisa berperan sebaik mungkin, karena tak ada lagi kesempatan untukku mengeluh, semuanya harus berjalan ,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar