Rabu, 01 Januari 2014

cerita Dalam secangkir kopi

Malam yang dingin dan gelap sunyi, bahkan terlalu sunyi untuk sebuah jiwah yang sepi, Tak seperti malam yang sudah'sudah, kali ini malam dengan segala misterinya yang ada menghasilkan sebuah kegelisahan dijiwa ini ,, Satu hal yang teringat jika dalam keada'an seperti ini, bukan cinta atau cita, bukan pula sahabat, tapi cuma dia, KOPI ,, 



 Karna kopilah satu'satunya temanku, sahabat sejati yang selalu setia menemaniku dalam kondisi apapun ,, 

 Seperti biasa, uap panas terlihat mengepul keluar dari gelas hijauku, aroma khasnya menyerebak memenuhi ruangan, aroma yang selalu ku suka, yang memberiku sedikit demi sedikit ketenangan yang ku harapkan, Hitam pekat didalam cangkir hijau itu ku pandangi, dan kumulai membayangkan tentangmu ,,


 Ku teguk kopiku, hangat terasa menjalar ke tiap inci tubuhku, mengingatkanku pada suatu masa ketika pertama kali kau datang dalam hidupku, membawah sejuta kisah tentang hidupmu, yang terdengar biasa dan normal tetapi tetap mengasikan untuk dibicarakan, Kita selalu bersama berbagi kisa, melewati malam yang sunyi dengan gelak tawa yang berselimut udara dingin tapi terasa hangat, tak ada yang tak bisah kita lakukan jika kita bersama ,,


 Tegukan yang kedua, mengingatkanku pada saat dimana masalah menghampiri kita, tak jemu'jemu kau menemaniku menyelesaikan segala problema yang terjadi padaku, dan aku pun selalu membantumu dengan segala yang kubisah saat masalah menimpamu, kita selalu bisa menyelesaikan semua, dan tak perna lelah kita saling membagi senyuman untuk menghapus duka ,,


 Di tegukan ketiga membawakan bayangan kita di saat bersama'sama melewati malam dan mentertawakan dunia dengan segala tetek bengeknya, yang terasa tak perna adil untuk kita, yang selalu saja menyudutkan kita ketitik keputus asa'an, dan nyaris memaksa kita untuk tak percaya bahwa roda kehidupan itu berputar, tapi kita tak perna peduli, karna ketika kita bersama, kita yakin semuanya kan terasa baik'baik saja ,,


 sampai di tegukan keempat terlintas bayangan ketika untuk pertama kali kita berselisih paham dan tak bisah mengendalikan ego masing'masing, kita yang biasa selalu sependapat dan juga bisa menerima pendapat dari masing'masing, saat itu tak ada, hanya karna sebuah masalah yang bisah disebut sepeleh, tapi mampu meretakan hubungan kita yang terjalin selama bertahun'tahun, kau menjauhiku dan aku mendiamkanmu ,,


 Tegukan demi tegukan kembali membawakan kepingan'kepingan tentang kisah kau dan aku, semua tergambar dengan jelas, dan ketika sampai pada tegukan yang terakhir, akupun menyadari aku telah kehilangan seorang sahabat dan segala artinya ,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar