Di sebuah bidang datar tanpa gerak ,,
kini kamu tak lagi sendiri ,,
Ada gembira yang begitu tampak ,,
sebab sela-sela jemari yang sisa sudah terisi ,,
Pada
sebuah bidang datar berukuran
kecil ,,
sepasang mata menatap
dua sungging senyuman tanpa
beban ,,
Barangkali begitu
bahagianya ketika telah
menemukan pelabuhan pilihan ,,
Barangkali begini rasanya ketika
menemukan ruangan kosong
yang telah berpenghuni ,,
Malam
kini lebih sering mencatat
tentang tetesan air mata ,,
dibanding senyum rahasia dan
keberadaan sebuah rasa ,,
Potret-potret itu berbicara
tentang raut bahagia dan
rekaman peristiwa yang
mungkin sulit terlupa ,,
Sedangkan disini aku meratap
lama ,,
mengakari rasa yang tak
pernah bisa ku akhiri ,,
sambil
menimang-nimang angan
bahwa masih tersedia sebuah
kemungkinan ,,
Ini pilihan sulit ,,
Aku tak pernah bersedia duduk
di posisi ini ,,
Menikmatimu hanya
lewat senyuman yang terekam
oleh potret-potret itu ,,
tak
bersuara menjaga rasa yang
selalu terpenjara ,,
Sedangkan
priamu ,,bebas memiliki
wanita yang selama ini tak bisa
kugapai ,,
Kamu ,,
Seandainya ada satu pinta yang
boleh disetujui semesta ,,
aku
ingin bertukar posisi dengannya ,,
Meski sekali saja ,,
Agar aku tahu
apa rasanya berbagi bahagia ,,
Sayangnya, keinginanku terdiri
dari dua hal :
mimpi yang
ketinggian ,,
dan juga harapan
yang kehabisan kemungkinan ,,
Tidak sampai terlalu lama
sepertinya aku dibiarkan untuk
terus berangan ,,
Sebab ,,
kenyataan datang bersamaan
dengan sebuah berita tentang
kesedihan ,,
Mendamba kita yang
bersisian hanyalah sebatas
dambaan ,,
memiliki waktu untuk
bersama dihabiskan hanyalah
sebatas khayalan ,,
Sebab ,,
setidakmungkin itu kita untuk
benar-benar ada ,,
Sesulit itu
perbedaan untuk ditiadakan ,,
Sedangkan ,,
sebahagia itu kalian
untuk dipisahkan ,,
Pada potret itu ,,
berulang-ulang
kekagumanku datang ,,
Berulang-
ulang pandanganku tak pernah
mau pulang ,,
Berhenti disitu saja
,,
Mengintaimu ,,
mengingatmu ,,
mengikat pandangku dan
berulang-ulang mencintaimu
,,
Pada potret yang sama ,,
berulang-ulang aku patah hati ,,
Berulang-ulang aku cemburu
melihat kebersamaan kalian ,,
Berulang-ulang rasa sakit itu
menjadi pengganjal ,,
Pengecutkah aku ?? ,,
Salahkah
masih mengharapkan yang
lebih-lebih ?? ,,
Salahkah beriuh
hebat soal sosok yang tak sulit
ku raih ?? ,,
Ingin menyingkirkan potret
yang menyertakan kalian ,,
tapi
membuangnya pun sulit ,,
Setengahmu ,,
setengah dia ,,
kini
telah jadi satu ,,
Jika menutup
mataku dari pria itu ,,
sama saja menyeleksi kamu ,,
Sebab sekarang ,,
kamu dan dia
adalah dua hal yang tak
terpisahkan ,,
Lalu, bagaimana
mungkin aku kuat jika
diharuskan mengangankan
keduanya ?? ,,
Barangkali bahagia
memang harus belajar
menerima ,,
Aku harus belajar berjuang
menemukan bahagiaku sendiri ,,
bukan berdiam pada luka yang
akhirnya masih entah ,,
Kini
mendapatkanmu bukan hanya
tak bisa ,,
namun juga tidak boleh
,,
Tidak mungkin aku merusak
senyuman yang dengan alasan
cinta ,,
Tidak mungkin aku
menunggu tanpa berbuat apa-
apa ,,
Maka, pertahankan saja
senyum kalian pada potret itu ,,
Aku akan belajar mencari cara
menyunggingkan milikku
sendiri ,,
Kalian akan selalu jadi potret
warna-warni yang terus
berdaur abadi ,,
Sedangkan kita ,,
hanya akan jadi klise yang tak
pernah jadi tercetak ,,
Karena
jelas-jelas kamu hanya akan
memikirkan dia ,,
dan selalu aku
yang tersingkirkan pada
akhirnya ,,
Waktu tak kenal habis
pada dunia kalian ,,
Kalian pun
takkan butuh arloji untuk
menyelesaikan temu ,,
Aku inginnya ,,
menginginkanmu
yang juga menginginkanku ,,
Tapi
jikalau ini hanya mimpi ,,
biarkanlah ini jadi penidur yang
paling ahli ,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar